Rabu, 06 Januari 2010

Proyek Perbaikan Jaringan Komunikasi Ibu Kota Jakarta

 MANAJEMEN 
PROYEK DAN RISIKO
Proyek Perbaikan Jaringan Komunikasi Ibu Kota Jakarta


 

Tujuan:
Memperluas jaringan telepon ke seluruh wilayan Indonesia sembari merencanakan sistem pemeliharaannya untuk memberikan pelayanan yang baik bagi konsumen sekaligus memperluas dan memperkuat jaringan telepon. Sebagai alat pemersatu, telekomunikasi adalah hal yang sangat teramat penting bagi suatu negara yang mempunyai banyak pulau, keragaman suku bangsa, bahasa, dan agama seperti Indonesia.


Garis Besar Proyek:
PERUMTEL adalah perusahaan telekomunikasi milik negara yang mengurus hal-hal mengenai telpon di Indonesia.

Dengan adanya repelita (rencana pembangunan lima tahun) yang dimulai dari tahun 1969, kondisi ekonomi dan politik Indonesia menjadi stabil, dan telekomunikasi menjadi hal yang sangat teramat penting bagi suatu negara yang memiliki banyak pulau seperti Indonesia. Dalam rangka membantu pengembangan jaringan telekomunikasi di Indonesia, pemerintah Jepang memberikan bantuan pinjaman uang yang digunakan untuk memperluas jaringan telekomunikasi di Indonesia dalam bentuk bermacam-macam metoda telekomunikasi seperti jaringan gelombang pendek, jaringan microwave, dan kabel bawah laut.

Meskipun demikian, prosentase pemakaian telpon di Indonesia masih di bawah prosentase pemakaian telpon di negara-negara ASEAN. Pada bulan Desember 1988, prosentase pemakaian telpon di Indonesia tercatat sebagai 0.47 pesawat telepon per 100 orang. Pada saat itu, sebagian besar pemakai telpon terkonsentrasi di Jakarta (40%). Penyebab utama ketertinggalan pemakaian telepon di Indonesia adalah lambatnya pembangunan jaringan telpon. Oleh karena itu, pada repelita ke-5, PERUMTEL mencanangkan perluasan jaringan telpon dan perbaikan mutu pelayanan sebagai target utama untuk mengejar ketertinggalan Indonesia.
Dalam hal ini, perbaikan sistem pemeliharaan jaringan telpon termasuk dalam prioritas utama, dan ODA telah membantu pembangunan pusat pelayanan dan pemeliharaan (jaringan telpon).

Kebijakan pemerintah mengenai pengembangan wilayah pada tahun 1989 adalah meneruskan pengembangan ekonomi dan sosial wilayah-wilayah di seputar Jakarta dengan memanfaatkan kemajuan ekonomi Jakarta. Dengan demikian maka diprediksikan bahwa permintaan akan jaringan telekomunikasi di wilayah-wilayah seputar Jakarta (kira-kira 30 km dari pusat kota Jakarta) akan meningkat dengan tajam. Tetapi karena elemen-elemen pengembangan jalur transmisi di Jakarta dan wilayah-wilayah sekitarnya nampaknya tidak dipertimbangkan dengan baik, maka ODA membantu membenahi kondisi (fasilitas) telekomunikasi dan meningkatkan prosentase pemakaian telepon. Kesemua aktivitas (ODA) tersebut bertujuan untuk membantu meningkatkan aktivitas ekonomi antara daerah D.K.I Jakarta dan wilayah-wilayah sekitarnya.

Selain itu, dengan tujuan untuk meningkatkan penanaman investasi di bidang industri di Surabaya yang merupakan kota terbesar ke dua di Indonesia, ODA juga memprioritaskan penyempurnaan perluasan infrastruktur di wilayah 6 kabupaten dan 1 kota di sekitar Surabaya. Pada saat itu, sedang dibangun wilayah perdagangan dan industri yang berpusat di Surabaya.

Pada saat itu, jaringan telekomunikasi yang menjadi salah satu faktor utama infrastrukstur di Surabaya (dan wilayah-wilayah sekitarnya) tertinggal jauh dengan Jakarta, sehingga hal ini menjadi penyebab keterlambatan rencana pengembangan wilayah industri dan perdagangan tersebut. Kondisi jaringan telekomunikasi yang tidak baik tersebut juga menjadi salah satu penyebab enggannya perusahaan-perusahaan untuk menanamkan investasi di Surabaya.

Untuk mengurangi ketertinggalan fasilitas dan jaringan telekomunikasi Surabaya dari Jakarta, ODA juga telah melaksanakan bantuan-bantuan dalam menyempurnakan dan memperluas jaringan telekomunikasi sebagai cara untuk mengembangkan perekonomian Surabaya dan wilayah-wilayah sekitarnya.




Tampak luar bangunan pusat
pelayanan dan pemeliharaan
jaringan telpon yang dibangun
dengan bantuan Jepang
Tampak luar bangunan
pusat pelayanan dan pemeliharaan
jaringan telpon


Pengadaan switcher dengan bantuan Jepang    (Jakarta)
 Pusat monitor jalur
transmisi (Jakarta)

Sistem transmisi optik yang dibangun
dengan bantuan Jepang (Surabaya)
























MANAJEMEN PROYEK

MANAJEMEN PROYEK
Perangkat Lunak


Oleh :
Siti Noer Bayana
21108848
2KB04
Universitas Gunadarma


Abstrak


SPEKTRUM MANAJEMEN
Manajemen proyek Perangkat Lunak (PL) yang efektif berfokus pada 3 P, dimana harus berurut yaitu
PEOPLE                           :     Elemen terpenting dari suksesnya proyek
PRODUCT / PROBLEM  :     Software yang dikembangkan
PROCESS                        :     Suatu kerangka kerja dari suatu aktifitas dan kumpulan  tugas untuk memgembangkan PL
PROJECT(tambahan)        :     Penggabungan semua kerja untuk membuat produk menjadi kenyataan


PEOPLE ( MANUSIA)
SEI telah mengembangkan suatu model kematangan kemampuan manajemen manusia (People Management Capability Manurity Model ( PM – CMM ) ) untuk mempertinggi kesiapan organisasi PL dalam membuat aplikasi yang semakin kompleks sehingga menarik, menumbuhkan, memotivasi, menyebarkan dan memelihara bakat yang dibutuhkan untuk mengembangkan kemapuan mengembankan PL mereka.

PROBLEM / PRODUCT
Analisis yang mendetail mengenai kebutuhan PL akan memberikan informasi untuk menghitung perkiraan kuantitatif & perencanaan organisasi.

PROCESS
Proses PL memberikan suatu kerangka kerja dimana rencana komprehensip bagi pengembangan PL yang dapat dibangun dengan
-    Sejumlah kumpulan tugas yang berbeda, kemampuan penyampaian & jaminan kualitas
-    Aktifitas pelindung, jaminan kualitas PL, manajemen konfigurasi PL & pengukuran

PROJECT(tambahan)
Profesional industri sering mengacu pada aturan 90-90 yaitu pada saat mendiskusikan proyek PL yang sukar maka 90 % dr system yang pertama menyerap 90 % dari usaha & waktu yang diberikan. 10 %terakhir mengambil 90 % lain dari usaha & waktu yang diberikan.

Perencanaan Projek Perangkat Lunak
  • Aktifitas pertama untuk memperkirakan kegiatan projek meliputi : kompleksitas projek, ukuran projek, tingkat ketidak pastian struktural (masalah)
  • Tujuan mendapatkan kerangka kerja yang membantu Manajer untuk membuat estimasi SDM, biaya dan waktu.

AKTIFITAS :

  • Penentuan lingkup projek :   pertemuan user
  • Penentuan Sumber Daya : SDM, reuse P/L , sumber daya lingkungan
  • Estimasi, never exact, disesuaikan setiap saat,pilihan :  
  • tunda estimasi s/d selesai proyek ; mengacu    projek   serupa; teknik dekomposisi sederhana (cost & effort), model empiric (Harvard, Cocomo dll)
  • Keputusan apakah Buat / Beli :  outsourcing


    PENDAHULUAN



    Kata manajemen mungkin berasal dari
    bahasa Italia (1561) maneggiare yang berarti "mengendalikan," terutamanya "mengendalikan kuda" yang berasal dari bahasa latin manus yang berati "tangan". Kata ini lalu terpengaruh dari bahasa Perancis manège yang berarti "kepemilikan kuda" (yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia. Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.

    Fungsi manajemen
    elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20.

    Prinsip Manajemen
    Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perlu di pertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang berubah. Menurut Henry Fayol, seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari Perancis, prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari:
    1. Pembagian kerja (Division of work)
    2. Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility)
    3. Disiplin (Discipline)
    4. Kesatuan perintah (Unity of command)
    5. Kesatuan pengarahan (Unity of direction)
    6. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri
    7. Penggajian pegawai
    8. Pemusatan (Centralization)
    9. Hirarki (tingkatan)
    10. Ketertiban (Order)
    11. Keadilan dan kejujuran
    12. Stabilitas kondisi karyawan
    13. Prakarsa (Inisiative)
    14. Semangat kesatuan, semangat korps

    Etika Manajerial
    Etika manajerial adalah standar prilaku yang memandu manajer dalam pekerjaan mereka. Ada tiga kategori klasifikasi menurut Ricky W. Griffin dalam bukunya yang berjudul Business
    1. Perilaku terhadap karyawan
    2. Perilaku terhadap organisasi
    3. Perilaku terhadap agen ekonomi lainnya
     Peran manajer
    Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen, mengemukakan bahwa ada sepuluh peran yang dimainkan oleh manajer di tempat kerjanya. Ia kemudian mengelompokan kesepuluh peran itu ke dalam tiga kelompok, yaitu
    1. peran antarpribadi,
    2. peran informasional,
    3. dan peran pengambilan keputusan.
    Peran antarpribadi adalah peran yang melibatkan orang dan kewajiban lain, yang bersifat seremonial dan simbolis. Tiga peran antarpribadi itu meliputi peran sebagai figur untuk anak buah, pemimpin, dan penghubung.

    Peran informasional meliputi peran manajer sebagai pemantau dan penyebar informasi, serta peran sebagai juru bicara.

    Peran ketiga yaitu peran pengambil keputusan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah peran sebagai seorang wirausahawan, pemecah masalah, pembagi sumber daya, dan perunding. Mintzberg kemudian menyimpulkan bahwa secara garis besar, aktivitas yang dilakukan oleh manajer adalah berinteraksi dengan orang lain.


    PEMBAHASAN

    Manajemen proyek adalah seni mengarahkan dan koordinasi sumber daya manusia dan material sepanjang kehidupan sebuah proyek dengan menggunakan teknik manajemen modern untuk mencapai tujuan yang ditentukan lingkup, biaya, waktu, kualitas dan partisipasi kepuasan.

    Construction manajemen proyek memerlukan pengetahuan manajemen modern serta pemahaman tentang proses desain dan konstruksi. Konstruksi proyek memiliki serangkaian tujuan dan kendala seperti dibutuhkan waktu untuk menyelesaikan. Sedangkan yang terkait teknologi, kelembagaan atau proses akan berbeda, pengelolaan proyek-proyek seperti itu memiliki banyak kesamaan dengan pengelolaan serupa jenis proyek-proyek khusus atau teknologi lainnya domain seperti aerospace, farmasi dan energi pembangunan.

    Dalam pekerjaan sistem informasi faktor manusia sangat berperan penting dalam suksesnya manajemen proyek. Pentingnya faktor manusia dinyatakan dalam model kematangan kemampuan manajement manusia
    a people management capability maturity model / PM-CMM) yang berfungsi untuk meningkatkan kesiapan organisasi perangkat lunak (sistem informasi) dalam menyelesaikan masalah dengan melakukan kegiatan menerima, memilih, kinerja manajemen, pelatihan, kompensasi, pengembangan karier, organisasi dan rancangan kerja serta pengembangan tim.

    Manajemen dalam organisasi terdiri dari tiga tingkatan pembuat keputusan manajemen yaitu : manajemen tingkat bawah (operasional), manajemen tingkat menengah (perencanaan dan kontrol manajerial) dan manajemen tingkat atas (strategik). Setiap level memiliki tanggung jawabnya sendiri-sendiri dan semuanya bekerja sama dalam mencapai tujuan dan sasaran.

    1.    Manajemen tingkat bawah (operasional)
         Manajer operasional membuat keputusan berdasarkan aturan-aturan yang telah  ditetapkan        sebelumnya dan menghasilkan hal-hal yang dapat diprediksikan bila diterapkan dengan benar.

        Manajer operasi adalah pembuat keputusan yang pekerjaannya lebih jelas sehingga dapat mempengaruhi  implementasi dalam jadwal kerja, control investaris, penerimaan, dan pengontrolan proses-proses seperti produksi.

        Manajer operasi membutuhkan informasi internal yang repetitive, dan sangat  tergantung pada informasi yang memuat tentng kinerja terbaru dan merupakan pengguna on-line terbesar, sumber daya berdaya informasi real-time.

    2.    Manajemen Tingkat Menengah
           Manajer tingkat menengah membuat perencanaan jangka pendek dan mengontrol  keputusan-keputusan tentang bagaimana sumber daya bias dialokasikan dengan baik untuk memenuhi tujuan-tujuan organisasional, dan meramalkan kebutuhan- kebutuhan sumber daya dimasa dating untuk meminimalkan problem-problem     pegawai yang dapat membahayakan produktivitas.

          Manajer tingkat menengah sangat tergantung pada informasi internal dan  membutuhkan sangat besar informasi real-time agar dapat melakukan  pengontrolan dengan membutuhkan sangat betepat dan informasi terbaru atas kinerja yang diukur sesuai standar.

    3.    Manajemen tingkat atas (strategik)
           Manajer strategik membuat keputusan-keputusan yang akan membimbing manajer operasional dan   manajer tingkat menengah.

        Manajer strategik bekerja di lingkungan pembuat keputusan yang sangat tidak pasti. Membutuhkan informasi yang bersifat strategis, karena tugas kesehariannya adalah pengarahan dan  perencanaan.

         Informasi yang strategis diperlukan untuk menilai tingkat keberhasilan organisasi menjalankan tugas dan  tujuan organisasi.

        Membutuhkan informasi internal (agar bisa beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi dengan  cepat) dan informasi eksternal (untuk mengetahui peraturan pemerintah, kebijakan perekonomian, kondisi pasar dan strategi perusahaan-perusahaan pesaing)


    Dasar-Dasar Organisasional
    Organisasi adalah system yang saling mempengaruhi dan saling bekerja sama antara orang yang satu dengan orang yang lain dalam suatu kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah disepakati bersama. Organisasi merupakan system maka terdiri dari beberapa elemen yaitu :
    1. orang, dalam organisasi harus ada sekelompok orang yang bekerja dan salah satunya ada yang memimpin organisasi tersebut
    2. tujuan,  dalam organisasi harus ada tujuan yang harus dicapai, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
    3. posisi, setiap orang yang ada dalam suatu organisasi akan menepati posisi atau     kedudukannya masing – masing.
    4. pekerjaan, setiap orang yang ada dalam organisasi tersebut mempunyai pekrjaan (job) masing – masing sesuai dengan posisinya.
    5. teknologi, untuk mencapai tujuan organisasi membutuhkan teknologi untuk membantu dalam pengolahan data menjadi suatu informasi.
    6. struktur, struktur organisasi merupakan pola yang mengatur pelaksanaan pekerjaan dan hubungan kerja sama antar setiap orang yang ada dalam organisasi tersebut.
    7. lingkungan luar, merupakan elemen yang sangat penting dan akan mempengaruhi keberhasilan suatu organisasi, misalnya adanya kebijakan pemerintah tentang  organisasi.
    Prinsip- prinsip organisasi adalah nilai-nilai yang digunakan sebagai landasan kerja bagi setiap orang yang ada dalam organisasi tersebut untuk mencapai keberhasilan tujuan yang telah disepakati. Prinsip – prinsip yang ada dalam organisasi meliputi :
    1. tujuan organisasi yang jelas
    2. tugas yang dilakukan harus jelas
    3. pembagian tugas yang adil
    4. penempatan posisi yang tepat
    5. adanya koordinasi dan integrasi

    Rekayasa Perangkat Lunak

    RPL adalah:
    • Pendekatan yang sistematik, berdisiplin dan dapat dikuantifikasi untuk pengembangan, pengoperasian dan pemeliharaan perangkatlunak.
    • Merupakan pendekatan menyeluruh terhadap teori–teori, proses–proses, metode–metode, teknik–teknik untuk membangun perangkat lunak berkualitas tinggi dengan cara–cara yang cost-effective.
    • Melibatkan orang (people), proses(process), proyek(project), dan produk(product).

    Gejala Kegagalan Pengembangan Perangkat Lunak
    • Produk perangkat lunak diberikan terlambat
    • Proyek perangkat lunak melebihi anggaran
    • Perangkat lunak yang diberikan sering tidak melakukan yang dikehendaki
    • Produk perangkat lunak cacat ketika diberikan
    • Proyek besar ditinggalkan sebelum produk diberikan
    Pengembangan Perangkat Lunak Sebagai landasan kuat sebagai berikut :
    • Agar  dapat memprediksi waktu, usaha, dan ongkos pengembangan perangkat lunak
    • Adanya kualitas buruk pada perangkat lunak, dan peran rekayasa perangkat lunak sebagai upaya pencarian cara perbaikan kualitas perangkat lunak.
    • Perubahan rasio antara biaya perangkat lunak dan perangkat keras yang cenderung menjadi perangkat lunak sebagai komponen vital/kritis dan lebih mahal.
    • Perkembangan perangkat keras yang cepat dan meingkat mendorong terciptanya pernagkat lunak yang dapat memanfaatkan fitur-fitur perangkat keras.
    • Permintaan yang meningkat.
    • Permintaan system-sistem perangkat lunak computer yang lebih besar dan kompleks.

    Referensi by :
    http://constructionenglish.net/id/project-management/
    http://www.akademik.unsri.ac.id/download/journal/files/bai-journal/vol_5_no_2_1_art_noer.pdf
    jauari88.wordpress.com/2007/.../konsep-manajemen-proyek/
    dissan.himatif.or.id/download/perencanaan_07.ppt
    http://kur2003.if.itb.ac.id/file/Manajemen%20Proyek.pdf
    http://aetthea.blog.unsoed.ac.id/files/2009/06/manpro-3.pdf



    MANAJEMEN RESIKO

    MANAJEMEN RESIKO

    Oleh :
    Siti Noer Bayana
    21108848
    2KB04
    Universitas Gunadarma


    Abstrak

    Fungsi manajemen
    elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian.

    Perencanaan
    memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki.

    Pengorganisasian
    dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil

    Pengarahan atau directing adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi.

    Pengevaluasian atau evaluating
    proses pengawasan dan pengendalian performa perusahaan untuk memastikan bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.


    PENDAHULUAN
    PEMAHAMAN
    TENTANG RESIKO
    DAN MANAJEMEN RESIKO

    Manusia selalu dihadapkan dengan resiko sehingga resiko menjadi bagian dari kehidupan manusia.
    Sebagaimana manusia, perusahaan pun demikian. Perusahaan akan selalu berhadapan dengan resiko. Ketidakmampuan perusahaan dalam menangani berbagai resiko yang dihadapi dapat berakibat fatal. Beberapa perusahaan terpaksa hams gulung tikar karena tidak sanggup menangani resiko yang tak terduga.
    Ada beberapa resiko yang sering dihadapi perusahaan, antara lain resiko barang tidak terjual, resiko piutang tidak tertagih, resiko perubahan harga, resiko kebakaran, resiko bencana alam, dan resiko dituntut di pengadilan.

    Pengertian Resiko

    Jenis Resiko

    Resiko dapat dibedakan dalam beberapa jenis, ter-gantung dari mana kita melihatnya. Kita dapat mem-bedakan resiko berdasarkan:
    1.    Sudut pandang manajer perusahaan
    2.    Sumber penyebab resiko.


    Resiko Menurut Manajer Perusahaan
    Bagi para manajer perusahaan atau orang-orang yang berkecimpung di dunia bisnis, resiko sering dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu:
    •      resiko spekulatif, dan
    •      resiko murni.

    Resiko spekulatif 
    resiko yang dihadapi perusahaan yang dapat memberikan dua ke-mungkinan, yakni kemungkinan merugikan dan kemungkinan menguntungkan.

    Seseorang yang menginvestasikan uangnya untuk mendirikan suatu usaha/bisnis akan menghadapi dua kemungkinan, yaitu kemungkinan meng¬untungkan atau kemungkinan yang merugikan. Jika bisnisnya berjalan dengan lancar maka bisnis tersebutakan memberikan keuntungan kepadanya. Namun, jika bisnis tersebut tidak berjalan dengan lancar maka dia akan menderita kerugian. Resiko seperti ini masuk pada kategori resiko spekulatif, yaitu resiko dimana ada kemungkinan yang merugikan namun ada juga kemungkinan yang menguntungkan.

    Resiko murni
    resiko dimana tidak ada kemungkinan yang menguntungkan dan yang ada hanya kemungkinan yang merugikan.

    Perusahaan menghadapi beraneka macam resiko murni, seperti bangkrut, kebakaran, kecurian, pengrusakan, dan lain sebagainya. Jika terjadi kecelakaan kerja, akibat yang ditimbulkan adalah kerugian, yaitu barang rusak, orang cedera, atau mungkin saja nyawa manusia yang melayang. Tidak ada kemungkinan yang menguntungkan dari kecelakaan kerja.

    Resiko Menurut Penyebabnya
    Dari sumber penyebabnya, resiko secara umum dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu:
    •      resiko keuangan, dan
    •      resiko operasional.

    Resiko keuangan adalah resiko yang disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi dan keuangan, seperti perubahan harga, tingkat bunga, dan mata uang.

    Perusahaan yang menjual atau membeli barang dengan pihak luar negeri yang memiliki mata uang Pemahaman Tentang Resiko dan Manajemen Resiko yang berbeda, menghadapi resiko bukan saja harga barang yang dapat berubah namun juga perubahan nilai mata uang yang dapat merugikan.

    Resiko operasional adalah semua resiko yang tidak masuk pada kelompok resiko keuangan. Resiko operasional disebabkan oleh faktor manusia, alam, dan teknologi.

    Manusia yang oleh karena ketidakmampuannya atau karena dengan sengaja dapat menyebabkan timbulnya resiko. Bencana alam juga dapat menimbulkan resiko. Alat-alat yang sudah usang, rusak, dan sebagainya dapat menimbulkan resiko. Buku ini membahas lebih rinci tentang cara mengelola (managing) berbagai resiko operasional.

    Mengapa Manajemen Resiko?
    Perusahaan selalu dihadapi dengan berbagai macam resiko. Kesanggupan manajemen untuk mengelola (managing) berbagai resiko ini menjadi suatu keharusan.

    Proses Manajemen Resiko
    Apa yang pertama-tama harus dilakukan dalam proses pengelolaan resiko operasional? Sebelum resiko dapat ditangani dengan baik, ada dua proses yang harus dilalui, yaitu identifikasi resiko dan pengukuran resiko.

    Proses dari manajemen resiko operasional dimulai dengan mengidentifikasi resiko-resiko apa saja yang dihadapi perusahaan. Setelah semua resiko yang dapat dikenali teridentifikasi, langkah berikutnya yang dilakukan adalah mengukur resiko-resiko yang telah teridentifikasi tersebut.  Maksud dari pengukuran resiko adalah untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan terjadinya resiko dan seberapa besar konsekuensi dari resiko tersebut.

    Langkah-langkah dalam proses manajemen resiko operasional
    1. Identifikasi
    2. Pengukuran
    3. Penanganan
    Setelah setiap resiko terukur, kemudian langkah terakhir adalah bagaimana menangani resiko-resiko tersebut sehingga segala kemungkinan rugi dapat dibuat sekecil-kecilnya.



    PEMBAHASAN

    MENGETAHUI
    KEBERADAAN RESIKO


    Langkah pertama yang harus dilakukan dalam manajemen resiko adalah mengidentifikasi berbagai resiko yang ada pada perusahaan atau organisasi.

    Mengapa perlu mengidentifikasi resiko? Jika resiko harus diidentifikasi, dimana saja mereka dapat temui?

    Mengapa Mengidentifikasi Resiko ?
    Sebelum resiko dapat ditangani, terlebih dahulu resiko-resiko tersebut harus dapat diidentifikasi dengan baik.

    Sangat perlu untuk memahami cara-cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi resiko sehingga resiko-resiko yang tadinya seolah-olah tidak kelihatan akan lebih mudah teridentifikasi.

    Ada tiga hal penting yang perlu diketahui dalam proses identifikasi resiko, yakni:
    1.    mengetahui dimana saja resiko berada.
    2.    mengetahui penyebab timbulnya resiko.
    3.    mengetahui metode yang digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan dan penyebab resiko.

    Keberadaan Resiko
    Agar "buaya aligatoryang tidak kelihatan dan akan membunuh" itu dapat teridentifikasi, hal pertama-tama yang perlu diketahui adalah di mana saja aligator berada. Dalam proses identifikasi resiko ini perlu diketahui di mana saja resiko berada.

    Demikian halnya dalam mengidentifikasi resiko, terutama resiko-resiko yang tidak kelihatan.

    Identifikasi resiko dilakukan pada suatu unit kerja. Unit kerja dapat berupa satu perusahaan atau suatu unit dalam perusahaan yang dipimpin oleh seorang manajer.

    Dengan kata lain, perusahaan secara kesatuan merupakan unit kerja. Divisi pemasaran atau divisi sumber daya manusia di suatu perusahaan merupakan suatu unit kerja.

    Mengetahui Keberadaan Resiko
    Setiap unit kerja mempunyai tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Untuk mencapai sasaran tersebut, ada beberapa aktivitas yang dilakukan. Dalam setiap aktivitas, ada manusia yang terlibat, ada barang (mesin, alat, bahan baku, dan sebagainya), dan ada aturan main (kebijakan) yang mengatur aktivitas tersebut.

    Dengan demikian, resiko-resiko yang dihadapi perusahaan bisa berada pada:
    •      barang,
    •     orang, atau
    •      kebijakan
    Jadi, yang dimaksud dengan keberadaan resiko di sini adalah di mana resiko itu bisa terjadi.

    RESIKO PADA BARANG
    Perusahaan memiliki berbagai macam barang. Dari setiap barang dimiliki perusahaan bisa menjadi tempat di mana resiko berada.

    Untuk mengidentifikasi resiko apa saja yang ada dalam suatu perusahaan, salah satu tempat di mana resiko dapat ditemukan adalah pada barang.

    Sebagai contoh, bangunan yang merupakan salah satu barang yang dimiliki perusahaan. Resiko-resiko apa saja yang berada (bisa terjadi) pada bangunan? Banyak resiko yang bisa terjadi pada bangunan, misalnya bangunan terbakar, runtuh, dirusak, dan lain sebagainya.

    Yang dimaksud dengan barang disini adalah semua benda yang dapat dilihat, dipegang, dicium, didengar, atau dirasa yang dimiliki perusahaan, kecuali orang. Walaupun orang bisa dilihat dan dipegang, namun disini orang tidak dianggap sebagai barang. Ada dua kelompok barang yang dimiliki perusahaan, yakni:
    1.    barang yang digunakan, dan
    2.    barang yang diperjual-belikan.

    Barang yang Digunakan
    Dalam pengoperasian perusahaan, diperlukan berbagai macam barang, seperti bangunan, mesin, kendaraan, meja, kursi, dan barang lain yang digunakan perusahaan.

    Barang-barang yang digunakan perusahaan ini terdiri dari barang tetap, yaitu barang yang tidak dapat dipindah-pindahkan, seperti tanah dan bangunan, dan barang-barang yang dapat dipindahkan, seperti mesin, mobil, kursi, dan meja.

    Barang yang Diperjual-belikan     
    Perusahaan yang didirikan untuk maksud jual-beli barang atau yang dikenal dengan perusahaan dagang, seperti toko, supermarket, dan distributor akan memiliki barang dagangan. Barang dagangan ini adalah barang yang diperjual-belikan.
    Bagi perusahaan manufaktur, dimana ada proses produksi, barang-barang yang diperjual-belikan mencakup bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi yang siap untuk dijual.

    Identifikasi Keberadaan Resiko pada Barang
    Amati semua barang yang dimiliki perusahaan. Kelompokkan barang-barang yang akan diamati sesuai dengan kategori pengelompokan barang yang dijelaskan di atas. Pengelompokan barang tidak harus persis seperti yang dijelaskan di atas, bisa saja lain, namun pada umumnya demikian.


    MENGETAHUI
    PENYEBAB RESIKO


    Penyebab dari Faktor Fisik
    Beberapa resiko disebabkan oleh faktor fisik, seperti api, angin, banjir, gempa bumi, dan kadaluwarsa.

    Resiko-resiko yang disebabkan oleh faktor fisik ini bisa dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu:
    •     faktor fisik alam, dan
    •     faktor fisik non alam.

    Faktor Fisik Alam
    Beberapa resiko disebabkan oleh faktor alam, seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor, dan angin ribut.

    Pada umumnya, faktor fisik alam ini tidak dapat dikendalikan. Dia datang begitu saja dan tidak dapat dicegah. Sebagai contoh, hujan lebat, secara logika, tidak ada orang yang dapat menghentikan hujan lebat selama dia masih hujan. Demikian halnya dengan gempa bumi. Jika dia sudah datang, tidak ada orang yang dapat menahannya.

    Faktor Fisik Non Alam
    Faktor fisik non alam adalah faktor fisik yang berhubungan dengan teknologi atau dengan benda-benda yang diciptakan manusia.
    Mesin yang mogok mungkin disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya: kehabisan bahan bakar, salah satu atau beberapa dari komponennya telah usang. Atau terjadi arus pendek. Kesemuannya ini adalah contoh – contoh penyebab kerugian oleh factor fisik non alam, yaitu faktor yang berhubungan dengan teknologi atau sesuatu yang diciptakan manusia.


    METODE YANG DIGUNAKAN
    DALAM MENGETAHUI
    KEBERADAAN DAN PENYEBAB RESIKO




    Metode Interaksi
    Metode interaksi adalah suatu cara yang digunakan dalam mengidentifikasi keberadaan maupun penyebab resiko dengan cara berinteraksi dengan objek resiko.

    Metode Interaksi dapat digunakan dengan cara antara lain :
    1. observasi
    2. wawancara, dan
    3. studi dokumen

    Observasi
    Dilakukan dengan cara mengamati atau melihat objek yang akan diidentifikasi. Jika akan mengidentifikasi resiko di bagian produksi maka hal yang dilakukan adalah mengamati di mana saja resiko dapat terjadi di bagian produksi.

    Hal yang dilakukan adalah mengamati bagian pelayanan pelanggan dan cari tahu di mana saja resiko dapat terjadi, kejadian apa saja yang bisa menimpa

    Wawancara
    Wawancara dilakukan dengan berbicara dan bertanya kepada orang-orang yang berada pada unit kerja yang menjadi objek identifikasi resiko.

    Pada umumnya, wawancara dilakukan pada manajemen, karyawan, dan orang-orang yang berhubungan dengan unit kerja yang menjadi objek identifikasi resiko.

    Studi Dokumen
    Studi dokumen dilakukan dengan mempelajari berbagai laporan, manual, dan materi tertulis lainnya yang terdapat pada unit kerja yang menjadi objek manajeman resiko untuk mengetahui kejadian apa saja yang bias terjadi dan kemungkinan penyebabnya.


    Referensi by :
    Ronny Kountur, D.M.S., Ph.D


















    MANAJEMEN RESIKO

    MANAJEMEN RESIKO

    Oleh :
    Siti Noer Bayana
    21108848
    2KB04
    Universitas Gunadarma


    Abstrak
    Fungsi manajemen
    elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian.

    Perencanaan
    memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki.

    Pengorganisasian
    dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil

    Pengarahan atau directing adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi.

    Pengevaluasian atau evaluating
    proses pengawasan dan pengendalian performa perusahaan untuk memastikan bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.


    PENDAHULUAN

    PEMAHAMAN
    TENTANG RESIKO
    DAN MANAJEMEN RESIKO

    Manusia selalu dihadapkan dengan resiko sehingga resiko menjadi bagian dari kehidupan manusia.
    Sebagaimana manusia, perusahaan pun demikian. Perusahaan akan selalu berhadapan dengan resiko. Ketidakmampuan perusahaan dalam menangani berbagai resiko yang dihadapi dapat berakibat fatal. Beberapa perusahaan terpaksa hams gulung tikar karena tidak sanggup menangani resiko yang tak terduga.
    Ada beberapa resiko yang sering dihadapi perusahaan, antara lain resiko barang tidak terjual, resiko piutang tidak tertagih, resiko perubahan harga, resiko kebakaran, resiko bencana alam, dan resiko dituntut di pengadilan.

    Pengertian Resiko

    Jenis Resiko
    Resiko dapat dibedakan dalam beberapa jenis, ter-gantung dari mana kita melihatnya. Kita dapat mem-bedakan resiko berdasarkan:
    1.    Sudut pandang manajer perusahaan
    2.    Sumber penyebab resiko.

    Resiko Menurut Manajer Perusahaan
    Bagi para manajer perusahaan atau orang-orang yang berkecimpung di dunia bisnis, resiko sering dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu:
    •      resiko spekulatif, dan
    •      resiko murni.

    Resiko spekulatif 
    resiko yang dihadapi perusahaan yang dapat memberikan dua ke-mungkinan, yakni kemungkinan merugikan dan kemungkinan menguntungkan.

    Seseorang yang menginvestasikan uangnya untuk mendirikan suatu usaha/bisnis akan menghadapi dua kemungkinan, yaitu kemungkinan meng¬untungkan atau kemungkinan yang merugikan. Jika bisnisnya berjalan dengan lancar maka bisnis tersebutakan memberikan keuntungan kepadanya. Namun, jika bisnis tersebut tidak berjalan dengan lancar maka dia akan menderita kerugian. Resiko seperti ini masuk pada kategori resiko spekulatif, yaitu resiko dimana ada kemungkinan yang merugikan namun ada juga kemungkinan yang meng¬untungkan.

    Resiko murni
    resiko dimana tidak ada kemungkinan yang menguntungkan dan yang ada hanya kemungkinan yang merugikan.

    Perusahaan menghadapi beraneka macam resiko murni, seperti bangkrut, kebakaran, kecurian, pengrusakan, dan lain sebagainya. Jika terjadi kecelakaan kerja, akibat yang ditimbulkan adalah kerugian, yaitu barang rusak, orang cedera, atau mungkin saja nyawa manusia yang melayang. Tidak ada kemungkinan yang menguntungkan dari kecelakaan kerja.

    Resiko Menurut Penyebabnya
    Dari sumber penyebabnya, resiko secara umum dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu:
    •      resiko keuangan, dan
    •      resiko operasional.

    Resiko keuangan adalah resiko yang disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi dan keuangan, seperti perubahan harga, tingkat bunga, dan mata uang.

    Perusahaan yang menjual atau membeli barang dengan pihak luar negeri yang memiliki mata uang
    Pemahaman Tentang Resiko dan Manajemen Resiko
    yang berbeda, menghadapi resiko bukan saja harga barang yang dapat berubah namun juga perubahan nilai mata uang yang dapat merugikan.

    Resiko operasional adalah semua resiko yang tidak masuk pada kelompok resiko keuangan. Resiko operasional disebabkan oleh faktor manusia, alam, dan teknologi.

    Manusia yang oleh karena ketidakmampuannya atau karena dengan sengaja dapat menyebabkan timbulnya resiko. Bencana alam juga dapat menimbulkan resiko. Alat-alat yang sudah usang, rusak, dan sebagainya dapat menimbulkan resiko. Buku ini membahas lebih rinci tentang cara mengelola (managing) berbagai resiko operasional.
    Mengapa Manajemen Resiko?
    Perusahaan selalu dihadapi dengan berbagai macam resiko. Kesanggupan manajemen untuk mengelola (managing) berbagai resiko ini menjadi suatu keharusan.

    Proses Manajemen Resiko
    Apa yang pertama-tama harus dilakukan dalam proses pengelolaan resiko operasional? Sebelum resiko dapat ditangani dengan baik, ada dua proses yang harus dilalui, yaitu identifikasi resiko dan pengukuran resiko.

    Proses dari manajemen resiko operasional dimulai dengan mengidentifikasi resiko-resiko apa saja yang dihadapi perusahaan. Setelah semua resiko yang dapat dikenali teridentifikasi, langkah berikutnya yang dilakukan adalah mengukur resiko-resiko yang telah teridentifikasi tersebut.
    Maksud dari pengukuran resiko adalah untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan terjadinya resiko dan seberapa besar konsekuensi dari resiko tersebut.


    Langkah-langkah
    dalam proses manajemen resiko operasional

    Setelah setiap resiko terukur, kemudian langkah terakhir adalah bagaimana menangani resiko-resiko tersebut sehingga segala kemungkinan rugi dapat dibuat sekecil-kecilnya.


    PEmbahasan


    MENGETAHUI
    KEBERADAAN RESIKO

    Langkah pertama yang harus dilakukan dalam manajemen resiko adalah mengidentifikasi berbagai resiko yang ada pada perusahaan atau organisasi.

    Mengapa perlu mengidentifikasi resiko? Jika resiko harus diidentifikasi, dimana saja mereka dapat temui?

    Mengapa Mengidentifikasi Resiko ?
    Sebelum resiko dapat ditangani, terlebih dahulu resiko-resiko tersebut harus dapat diidentifikasi dengan baik.

    Sangat perlu untuk memahami cara-cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi resiko sehingga resiko-resiko yang tadinya seolah-olah tidak kelihatan akan lebih mudah teridentifikasi.

    Ada tiga hal penting yang perlu diketahui dalam proses identifikasi resiko, yakni:
    1.    mengetahui dimana saja resiko berada.
    2.    mengetahui penyebab timbulnya resiko.
    3.    mengetahui metode yang digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan dan penyebab resiko.

    Keberadaan Resiko
    Agar "buaya aligatoryang tidak kelihatan dan akan membunuh" itu dapat teridentifikasi, hal pertama-tama yang perlu diketahui adalah di mana saja aligator berada. Dalam proses identifikasi resiko ini perlu diketahui di mana saja resiko berada.

    Demikian halnya dalam mengidentifikasi resiko, terutama resiko-resiko yang tidak kelihatan.

    Identifikasi resiko dilakukan pada suatu unit kerja. Unit kerja dapat berupa satu perusahaan atau suatu unit dalam perusahaan yang dipimpin oleh seorang manajer.
    Dengan kata lain, perusahaan secara kesatuan merupakan unit kerja. Divisi pemasaran atau divisi sumber daya manusia di suatu perusahaan merupakan suatu unit kerja.
    Mengetahui Keberadaan Resiko
    Setiap unit kerja mempunyai tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Untuk mencapai sasaran tersebut, ada beberapa aktivitas yang dilakukan. Dalam setiap aktivitas, ada manusia yang terlibat, ada barang (mesin, alat, bahan baku, dan sebagainya), dan ada aturan main (kebijakan) yang mengatur aktivitas tersebut.

    Dengan demikian, resiko-resiko yang dihadapi perusahaan bisa berada pada:
    •      barang,
    •     orang, atau
    •      kebijakan

    Jadi, yang dimaksud dengan keberadaan resiko di sini adalah di mana resiko itu bisa terjadi.

    RESIKO PADA BARANG
    Perusahaan memiliki berbagai macam barang. Dari setiap barang dimiliki perusahaan bisa menjadi tempat di mana resiko berada.

    Untuk mengidentifikasi resiko apa saja yang ada dalam suatu perusahaan, salah satu tempat di mana resiko dapat ditemukan adalah pada barang.

    Sebagai contoh, bangunan yang merupakan salah satu barang yang dimiliki perusahaan. Resiko-resiko apa saja yang berada (bisa terjadi) pada bangunan? Banyak resiko yang bisa terjadi pada bangunan, misalnya bangunan terbakar, runtuh, dirusak, dan lain sebagainya.

    Yang dimaksud dengan barang disini adalah semua benda yang dapat dilihat, dipegang, dicium, didengar, atau dirasa yang dimiliki perusahaan, kecuali orang. Walaupun orang bisa dilihat dan dipegang, namun disini orang tidak dianggap sebagai barang. Ada dua kelompok barang yang dimiliki perusahaan, yakni:
    1.    barang yang digunakan, dan
    2.    barang yang diperjual-belikan.

    Barang yang Digunakan
    Dalam pengoperasian perusahaan, diperlukan berbagai macam barang, seperti bangunan, mesin, kendaraan, meja, kursi, dan barang lain yang digunakan perusahaan.

    Barang-barang yang digunakan perusahaan ini terdiri dari barang tetap, yaitu barang yang tidak dapat dipindah-pindahkan, seperti tanah dan bangunan, dan barang-barang yang dapat dipindahkan, seperti mesin, mobil, kursi, dan meja.

    Barang yang Diperjual-belikan     
    Perusahaan yang didirikan untuk maksud jual-beli barang atau yang dikenal dengan perusahaan dagang, seperti toko, supermarket, dan distributor akan memiliki barang dagangan. Barang dagangan ini adalah barang yang diperjual-belikan.
    Bagi perusahaan manufaktur, dimana ada proses produksi, barang-barang yang diperjual-belikan mencakup bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi yang siap untuk dijual.

    Identifikasi Keberadaan Resiko pada Barang
    Amati semua barang yang dimiliki perusahaan. Kelompokkan barang-barang yang akan diamati sesuai dengan kategori pengelompokan barang yang dijelaskan di atas. Pengelompokan barang tidak harus persis seperti yang dijelaskan di atas, bisa saja lain, namun pada umumnya demikian.

    MENGETAHUI
    PENYEBAB RESIKO


    Penyebab dari Faktor Fisik
    Beberapa resiko disebabkan oleh faktor fisik, seperti api, angin, banjir, gempa bumi, dan kadaluwarsa.

    Resiko-resiko yang disebabkan oleh faktor fisik ini bisa dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu:
    •     faktor fisik alam, dan
    •     faktor fisik non alam.

    Faktor Fisik Alam
    Beberapa resiko disebabkan oleh faktor alam, seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor, dan angin ribut.

    Pada umumnya, faktor fisik alam ini tidak dapat dikendalikan. Dia datang begitu saja dan tidak dapat dicegah. Sebagai contoh, hujan lebat, secara logika, tidak ada orang yang dapat menghentikan hujan lebat selama dia masih hujan. Demikian halnya dengan gempa bumi. Jika dia sudah datang, tidak ada orang yang dapat menahannya.

    Faktor Fisik Non Alam
    Faktor fisik non alam adalah faktor fisik yang berhubungan dengan teknologi atau dengan benda-benda yang diciptakan manusia.
    Mesin yang mogok mungkin disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya: kehabisan bahan bakar, salah satu atau beberapa dari komponennya telah usang. Atau terjadi arus pendek. Kesemuannya ini adalah contoh – contoh penyebab kerugian oleh factor fisik non alam, yaitu faktor yang berhubungan dengan teknologi atau sesuatu yang diciptakan manusia.


















    METODE YANG DIGUNAKAN
    DALAM MENGETAHUI
    KEBERADAAN DAN PENYEBAB RESIKO


    Metode Interaksi
    Metode interaksi adalah suatu cara yang digunakan dalam mengidentifikasi keberadaan maupun penyebab resiko dengan cara berinteraksi dengan objek resiko.

    Metode Interaksi dapat digunakan dengan cara antara lain :
    1.        observasi
    2.        wawancara, dan
    3.        studi dokumen

    Observasi
    Dilakukan dengan cara mengamati atau melihat objek yang akan diidentifikasi. Jika akan mengidentifikasi resiko di bagian produksi maka hal yang dilakukan adalah mengamati di mana saja resiko dapat terjadi di bagian produksi.

    Hal yang dilakukan adalah mengamati bagian pelayanan pelanggan dan cari tahu di mana saja resiko dapat terjadi, kejadian apa saja yang bisa menimpa

    Wawancara
    Wawancara dilakukan dengan berbicara dan bertanya kepada orang-orang yang berada pada unit kerja yang menjadi objek identifikasi resiko.

    Pada umumnya, wawancara dilakukan pada manajemen, karyawan, dan orang-orang yang berhubungan dengan unit kerja yang menjadi objek identifikasi resiko.

    Studi Dokumen
    Studi dokumen dilakukan dengan mempelajari berbagai laporan, manual, dan materi tertulis lainnya yang terdapat pada unit kerja yang menjadi objek manajeman resiko untuk mengetahui kejadian apa saja yang bias terjadi dan kemungkinan penyebabnya.